Home

Senin, 06 Juni 2011

Nunun Kabur Lagi !

Kalo liat berita ini rasanya perut mules. Bagaimana tidak, aparat yang seharusnya menegakkan hukum di negara ini terkesan tebang pilih, berikut ini cuplikan bagaimana aparat dalam mengangani kasus terorisme dan kasus korupsi :

1.  Kasus Korupsi :
Jakarta, CyberNews. Tersangka kasus cek pelawat pemilihan gubernur Bank Indonesia (BI), Nunun Nurbaeti dikabarkan telah berpindah lagi keberadaanya. Terakhir kali ia dikabarkan berada di Thailand. Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, Patrialis Akbar, memastikan keberadaan istri mantan Wakil Kepala Polri Adang Daradjatun itu berada di Phnom Penh, Kamboja.

Patrialis mengatakan, Nunun di Kamboja sejak 23 Maret 2011. Tetapi dia belum tahu dimana letaknya dengan lebih pasti dan mendetail. "Jadi terdeteksi tak ada di Thailand, tapi di  Phnom Penh, Kamboja, per tanggal 23 Maret 2011 dan sudah keluar saat itu," (6/6), kata Patrialis, Senin di kantor Badan Pemeriksa Keuangan sebelum mengikuti acara penyerahan Laporan Keuangan Kementerian Hukum dan HAM tahun 2010.
Nunun dinyatakan menjadi seorang tersangka oleh KPK pada Februari lalu. Paspor istri mantan Wakapolri Adang Daradjatun ini kemudian ditarik Dirjen Imigrasi atas permintaan KPK pada 26 April lalu.
Saat akan diperiksa, Nunun kabur ke luar negeri dengan alasan berobat.

Coba kita bandingkan dengan kasus berikut ini :

2. Kasus Korupsi :

 Jakarta - Minggu malam Senin (19/9/2010) menjadi hari yang tidak terduga bagi Kartini Panggabean, istri Ustadz Khairul Ghazali. Peristiwa selepas magrib di rumahnya yang terletak di Jalan Bunga Tanjung, Gang Sehat, Tanjung Balai, tidak pernah bisa dilupakan.

Sekitar pukul 18.45 WIB, puluhan personel Densus 88 Mabes Polri yang diangkut dengan beberapa kendaraan tiba-tiba menggeruduk rumahnya. Begitu mereka berada di depan rumah, salah seorang di antara mereka langsung berteriak, "Keluar!". Mendengar teriakan itu, Kartini jadi teringat tiga  anaknya, Umar Shiddiq, Raudah Atika Husna dan Ahmad Yasin, yang sedang main di rumah tetangga.

Sambil menggendong anak keempatnya yang bernama Faturrahman, usianya belum genap sebulan, Cici, panggilan akrab Kartini, langsung menuju depan rumah. Namun alangkah terkejutnya Cici di depan rumahnya sudah ramai oleh orang-orang bersenjata. Mereka adalah personel Densus 88. Tanpa basa-basi sebagian dari mereka menerobos masuk ke dalam rumah. Sementara yang lainnya berjaga-jaga di samping rumah.

"Saat itu suami saya (Ghazali) sedang salat berjamaah bersama Abdullah (35), Alex (30), Deni (20), dan Dani (25). Sementara, istrinya Abdullah dan teman perempuan Deni sedang duduk-duduk di dalam rumah," jelas Cici dalam surat elektroniknya yang diterima detikcom.

Saat pasukan Densus 88 mendobrak pintu rumah, kata Cici, tiba-tiba Alex, Deni dan Dani, yang saat itu sedang menjadi makmum bergegas membatalkan salat dan lari menuju kamar mandi. Alex kemudian berhasil keluar dengan membobol atap seng kamar mandi lantaran di rumah Cici tidak terdapat pintu belakang. Tapi sial bagi Deni dan Dani, belum sempat keduanya mengikuti langkah Alex, anggota Densus keburu memergokinya. Alhasil kedunya pun langsung diberondong tembakan hingga tewas di dalam kamar mandi tanpa adanya pengadilan dan asas praduga tak bersalah.

Lantas siapa lagi yang akan kita harapkan dari negara ini, jika penegakan hukum hanya untuk rakyat kecil yang lemah tak berdaya?

NB : Semoga negeri ini segera bangkit dari keterpurukan,


Tidak ada komentar:

Posting Komentar