Home

Minggu, 05 Juni 2011

KETINGGALAN JAMAN ?

Jaman bukanlah suatu kekuatan yang dapat membentuk dirinya sendiri. Jaman adalah ukuran waktu yang didasarkan pada peredaran matahari atau bulan untuk menetapkan masa lama kehidupan manusia. Karena itu, jaman sifatnya netral-nilai. Yang menentukan nilai baik atau buruk adalah manusia yang hidup pada masa itu, dan sekali-kali bukanlah zaman yang membuat atau menciptakan tatanan atau ukuran.

Oleh karena itu jaman bersifat netral-nilai, maka tidak dapat dijadikan barometer atau ukuran oleh manusia dalam menetapkan salah atau benarnya suatu tindakan. Sebaliknya manusia sendirilah yang mewarnai jaman. Maka suatu kebodohan jika manusia menjadikan jaman sebagai ukuran bagi dirinya untuk menetapkan benar tidaknya suatu perbuatan. Jaman yang bersifat pasif dan netral dapat menjadi baik manakala manusia yang hidup di jaman itu mengisinya dengan kebaikan, dan sebaliknya menjadi buruk jika  manusia mengisinya dengan keburukan.
Saat ini muncul istilah tidak ketinggalan jaman yang bisa diartikan sebagai manusia yang mampu melakukan adaptasi diri terhadap lingkungan dan jaman dimana ia hidup. Mereka bukanlah orang yang mau menentang arus, tetapi justru orang yang sepenuh hati mengikuti arus. Sampai muncul semboyan “Jika ingin selamat hendaklah mengikuti perkembangan jaman”, yang dalam bahasa jawa juga terkenal dengan semboyan “Jamane jaman edan, yen ora melu edan ora keduman”.
Jalan pemikiran diatas adalah sama artinya dengan berkeyakinan bahwa yang menetapkan tata nilai, baik dan buruk, patut dan tercela bagi manusia adalah jaman itu sendiri. Mereka secara sadar ataupun tidak telah mencampakkan Allah SWT sebagai Tuhan yang berkuasa atas dirinya dan seluruh alam.
Bisa kita lihat pada saat ini banyak sekali yang tidak ingin disebut ketinggalan jaman dengan ikut arus kebanyakan orang, korupsi misalnya. Korupsi saat ini tidak hanya dilakukan sendiri-sendiri bahkan dilakukan secara berjama’ah, dari pemerintah pusat sampai daerah, karena saat ini adalah jamannya korupsi, yang tidak korupsi(melu edan) bakal tidak kebagian (ora keduman). Menurut catatan Transparency International Indonesia, index korupsi di indonesia tidak menurun, masih bertahan di angka 2,8. Posisi itu sama dengan periode sebelumnya. Indonesia berada pada peringkat 110 dari 178 negara yang disurvei terhadap index persepsi korupsi (antara news, 26/10/2010).
Berdasarkan hasil survey kemitraan, disebutkan bahwa tingkat korupsi legislatif sebesar 78%, yudikatif 70%, eksekutif 32% (mediaindonesia, 21/4/2011). Banyak contoh kasus korupsi yang sedang melanda pada jaman ini :












7.       Dan lain masih banyak lainnya yang tidak terekspose.

Disini kita bisa mengambil kesimpulan bahwa perubahan jaman hendakknya tidak kita jadikan ukuran dalam suatu perbuatan dan perlu kita camkan secara mendalam dalam pikiran kita sehingga tidak menjadi tersesat dengan melakukan perubahan terhadap syariat Allah SWT hanya karena kita merasa bahwa keadaan jaman telah mengalami perubahan sehingga kita turut melakukan tindakan yang banyak dilakukan oleh kebanyakan manusia pada jaman kita (Korupsi) agar kita tidak disebut ketinggalan jaman.  
Pada hakikatnya tingkah laku manusia dengan berbagai alasan yang pada suatu saat tidak lagi mau menaati ketentuan Allah SWT, bukanlah suatu tuntutan perubahan jaman, tetapi hal itu merupakan penyelewengan manusia dari syari’at Allah SWT. Maka lebih tepat jika dikatakan bahwa menjadikan jaman sebagai tolak ukur kebenaran merupakan pola pikir kekafiran.
Terakhir, apabila yang dikatakan oleh kebanyakan orang pada jaman ini kita “tidak boleh ketinggalan jaman (korupsi, misalnya)” maka marilah kita bersama-sama berdoa agar kita digolongkan oleh Allah SWT sebagai orang-orang yang ketinggalan jaman (yang tidak menjadikan jaman sebagai ukuran baik buruknya suatu perbuatan).
Apakah kita siap di cap ketinggalan jaman?



Tidak ada komentar:

Posting Komentar